Kepemimpinan
Presiden BJ Habibie
Habibie menjadi presiden menggantikan Soeharto yang
mengundurkan diri. Pemerintahan Habibie memang tidak sama dengan Soeharto.
Akan tetapi beliau mengucapkan bahwa beliau merupakan murid Soeharto. Karena
ucapan tersebut, timbul pergolakan yang mengakibatkan Habibie tidak lama
memerintah Indonesia.
BJ HABIBIE , juga merupakan bagian dari masa Pemerintahan
President Soeharto ,ia menganggap Soeharto merupakan seorang bapaknya sekaligus
guru bagi dia .justru dalam hal ini gaya kepemimpinan habibie dengan soeharto
yang dia anggap sebagai gurunya itu sangat bertolak belakang, contohnya pada sidang
kabinet yang dipimpin Soeharto selalu berlangsung dalam suasana mencekam. Para
menteri takut angkat tangan mengajukan diri untuk bicara. Sementara itu, di
zaman Habibie, para menteri justru berebut mengacungkan jari,”susana sidang
kabinet seperti sebuah seminar. Habibie sendiri yang merangsang suasana seperti
itu karena dia memang senang berdebat. Semakin didebat, ia semakin bersemangat
untuk berbicara, menangkis dan melawan sebab Habibie tidak mau kalah. Karena
semua menteri boleh bicara dan perdebatan dibuka seluas-luasnya sebelum diambil
keputusan,” Muladi, mantan Menteri Kehakiman di era Orde Baru.
Sebenarnya gaya kepemimpinan Presiden Habibie adalah gaya
kepemimpinan Dedikatif-Fasilitatif, merupakan sendi dan Kepemimpinan
Demokratik. Pada masa pemerintahan B.J Habibie ini, kebebasan pers dibuka
lebar-lebar sehingga melahirkan demokratisasi yang lebih besar. Pada saat itu
pula peraturan-peraturan perundang-undangan banyak dibuat. Pertumbuhan ekonomi
cukup tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya Habiebi sangat terbuka dalam
berbicara tetapi tidak pandai dalam mendengar, akrab dalam bergaul, tetapi
tidak jarang eksplosif. Sangat detailis, suka uji coba tapi tetapi kurang tekun
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Dalam penyelengaraan Negara Habibie pada
dasarnya seorang liberal karena kehidupan dan pendidikan yang lama di dunia
barat.
Gaya komunikasinya penuh spontanitas, meletup-letup, cepat
bereaksi, tanpa mau memikirkan risikonya. Tatkala Habibie dalam situasi penuh
emosional, ia cenderung bertindak atau mengambil keputusan secara cepat. Seolah
ia kehilangan kesabaran untuk menurunkan amarahnya. Bertindak cepat, rupanya,
salah satu solusi untuk menurunkan tensinya. Karakteristik ini diilustrasikan
dengan kisah lepasnya Timor Timur dari Indonesia. Habibie digambarkan sebagai
pribadi yang terbuka, namun terkesan mau menang sendiri dalam berwacana dan
alergi terhadap kritik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar