Sabtu, 13 Desember 2014

Tulisan TOU1 minggu ke 4

Tips Cara Memilih Powerbank dengan Cerdas

Kegunaan powerbank sekarang ini menjadi barang yang wajib dibawa oleh setiap pengguna smartphone, penjualan untuk powerbank sendiri sekarang ini seperti kacang goreng. Beragam merk ada di semua pasar dengan beragam kapasitas, maraknya penjualan powerbank membuat sebagian oknum mulai bermain curang dalam memproduksi produk powerbank.
Permasalahan yang sering terjadi adalah masalah kapasitas karena para pembeli tidak bisa mengukur kapasitas dengan telanjang mata harus melalui alat ukur untuk melihat kapasitas powerbank. Kecurangan dalam kapasitas memang sulit, banyak yang menulis kapasitas 10.400 mAh namun di dalamnya hanya berisi 5000 mAh. Selain itu banyak merk terkenal juga dipalsukan sehingga membuat kita harus mawas diri dalam memilih Powerbank.
Maka dari itu JerukNipis memberikan informasi yang bisa dipakai untuk panduan membeli powerbank, antara lain:
Belilah powerbank dengan merek yang kamu sudah kenal dan punya reputasi baik di bidang baterai atau peralatan listrik/elektronik. Dan untuk merek-merek yang tidak kamu kenal, coba tanya kepada rekan atau liat komentar tentang produk ini di sosial media atau forum. Biasanya opini yang mereka berikan adalah hasil dari pemakaian sehingga lebih tepat. ?
Sebisa mungkin beli powerbank di tempat yang memang authorized dari merek tersebut. Atau setidaknya mendapat jaminan dari penjualnya. 
Biasanya powerbank yang baik mencantumkan baterai apa yang digunakan di dalamnya, dan merek baterai yang digunakan biasanya merek-merek bagus dibuat pabrikan besar seperti Samsung, Sanyo dll. 
Powerbank yang bagus, mau memberikan garansi kepada pembeli minimal 6 bulan atau ada juga yang memberikan garansi 1 tahun. Tanyakan kepastian kalau klaim garansi harus ke mana.  
Untuk masalah harga, jangan termakan dengan promosi harga murah sebab ini biasanya malah membuat para pembeli terkecoh dengan barang yang palsu. Harga standar di pasaran powerbank dengan kapasitas 10.400 mAh rata-rata Rp 400 ribu. Ketika ada powerbank dengan kapasitas yang sama tetapi berharga hanya setengahnya maka berhati-hatilah, mungkin kapasitasnya tidak benar dan mungkin juga sistem keamanannya tidak terjamin. 
Untuk berat powerbank bukan barang dengan bobot ringan karena kebanyakan orang ingin powerbank sekecil mungkin tapi dengan kapasitas sebesar mungkin. Rata-rata powerbank dengan kapasitas 10.400 mAh ukurannya pasti besar dan berat, namun jika ada powerbank dengan kapasitas sama yang ukurannya menjadi setengahnya dan lebih ringan jauh maka patut dicurigai keasliannya. Baterai itu seperti botol air. Untuk kapasitas air yang lebih banyak maka botolnya harus lebih besar. 
Penggunaan baterai Lithium Polymer bisa membuat powerbank lebih tipis, tetapi tidak sampai terlalu jauh ukurannya dari segi fisik. Bahkan untuk mengelabui pembeli, seringkali ada powerbank yang isi baterainya sedikit, tetapi bobotnya besar dan berat karena diisi oleh pasir.

Tugas TOU1 minggu ke 4

HAMBATAN-HAMBATAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI


Berikut ini hambatan-hambatan komunikasi dalam organisasi :
1.     Gangguan
Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan gangguan sematik.
a.     Gangguan Mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Misalnya bunyi kendaraan yang lewat ketika pemimpin sedang berbicara dalam suatu pertemuan.
b.    Gangguan Sematik adalah bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan sematik tersaring ke dalam pesan melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak kekacauan mengenai pengertian suatu istilah atau konsep yang disampaikan komunikator yang diartikan lain oleh komunikan sehingga menimbulkan salah pengertian. 

2.     Kepentingan
Interest atau kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan. Orang hanya akan memperhatikan prasangka yang ada hubungannya dengan kepentingannya, karena kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian, tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita akan merupakan sikap reaktif terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan.
3.     Motivasi Terpendam
Motivasi akan mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang, maka semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan, begitu juga sebaliknya.
4.     Prasangka
Prasangka atau prejudice merupakan salah satu hambatan bagi suatu kegiatan komunikasi. Orang yang mempunyai prasangka bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi sehingga sulit bagi komunikator untuk mempengaruhi komunikan. Prasangka mengakibatkan komunikan menjadi berfikir tidak rasional dan berpandangan negatif terhadap komunikasi yang sedang terjadi.  (Effendy).
Kelancaran komunikasi mempengaruhi efisiensi kerja. Cara yang efektif agar proses komunikasi atasan bawahan dapat berjalan dengan lancar, maka dengan mempergunakan sistem dialogis. Komunikasi dialogis yaitu komunikasi dua arah yang bersifat timbal balik “penyampai pesan adalah juga penerima pesan”. Komunikasi dialogis berfungsi untuk menghindari kecendrungan pemimpin untuk menafsirkan sendiri setiap pesan atau instruksi yang ia berikan.
“… dalam dunia kerja kita mengenal komunikasi atasan-bawahan, maksudnya komunikasi yang terjadi antara pihak atasan dan bawahannya yang dapat berbentuk penyampaian informasi, pesan, ataupun instruksi.” (Anoraga).
Komunikasi dialogis memiliki banyak manfaat bagi bawahannya sendiri. Terbukanya kesempatan bawahan dalam mengemukakan ide-ide, kritikan dan saran yang akan memberikan kepuasan tersendiri sehingga karyawan tersebut termotivasi dalam bekerja. Kesempatan bawahan untuk mengemukakan pendapat tentunya akan menjadi masukan dan memperkaya pemikiran baru bagi pimpinan.
Menurut Pandji Anoraga, terdapat hambatan-hambatan yang dialami atasan maupun bawahan dalam proses komunikasi dialogis.
            Hambatan-hambatan pada pihak atasan:
a.     Kurangnya kesediaan mendengarkan.
Sikap dan tingkah laku atasan dalam mendengarkan memainkan peranan penting bagi komunikasi dialogis yang efektif.
b.    Segan terlibat urusan pribadi.
Para atasan umumnya segan terlibata dengan persolan bawahan yang bersifat pribadi. Di lain pihak, bawahan sering sulit memisahkan antara persoalan pribadi dengan persolan pekerjaan sehingga mereka sukar membicarakan hal tersebut.
c.     Prasangka.
Komunikasi dilaogis membuat bawahan berkesempatan menyalurkan apa yang ia pendam di hati, serta dapat melepaskan ganjalan emosional dan ketidakpuasan. Atasan berprasangka dengan adanya komunikasi dialogis akan memperkuat kebiasaan mengeluh dan mengkritik dari para bawahan. Semestinya dengan keluhan dan kritikan tersebut atasan mudah menyadari dan mengetahui kegagalan dan kekeliruan yang terjadi.
d.    Sikap bertahan.
Kita semua cenderung mempertahankan diri dengan komunikasi dialogis, kemungkinan kekeliruan atasan akan diketahui bawahan menjadi lebih besar. Padahal itu tidak mengurangi kredibilitas atasan dimata bawahannya. Bahkan bila atasan bersikap terbuka dan sportif, maka penghargaan bawahannya akan semakin bertambah.
e.     Kurang waktu
Mendengarkan itu memakan waktu. Banyak atasan yang tenggelam dengan kesibukan kerjanya. Hal demikian membuat pemimpin sukar sekali menyediakan waktu untuk diskusi. Kesulitan ini lebih terasa bagi atasan yang berjalan sendiri, memecahkan sendiri persoalan-persoalan di unit kerjanya, dan tidak kenal sistem diskusi dengan bawahan.                                                                     
Hambatan-hambatan pada pihak bawahan:
a.     Keterbatasan pengetahuan.
Hambatan pengetahuan sering mempersulit komunikasi dari bawahan ke atasan. Bagi atasan, menyampaikan gagasan dan pesan buat bawahannya tidak sukar karena ia tentu memahami wawasan dan cara berfikir serta persoalan-persoalan pada level bawahan yang lebih banyak menghadapi kesulitan untuk berkomunikasi dengan atasannya, yang tidak ia ketahui bagaimana lingkungan lingkup kerja, cara berfikir dan persoalan-persoalnnya.
b.    Prasangka emosional.
Kebanyakan bawahan punya sikap emosional dan prasangka. Perasaan-perasan mereka sering bercampur aduk dengan pengamatannya terhadap persoalan-persoalan. Sering kali dalam mengemukakan pendapatnya, jauh-jauh hari mereka sudah siap bahwa pendapat tersebut pasti ditolak. Akibatnaya mereka sering ragu-ragu berbicara. Kalau pendapatnya ditolak, prasangka makin tebal. Tetapi jika pendapatnya diterima mereka pun terkejut.
c.     Perbedaan wewenang
Komunikasi dari atasan ke bawahan lebih mudah dibandingkan sebaliknya. Para atasan lebih bebas untuk memanggil dan berbicara dengan bawahannya kapan saja ia mau. Bawahan umumnya tidak punya keberanian psikologis sebesar itu.  (Anoraga).
     
Untuk mengatasi hambatan-hambatan pada proses komunikasi dialogis antara pemimpin dan karyawan, maka sorang pemimpin harus dapat menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat sesuai kondisi perusahaan.