1.
Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir
yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep
dan pengertian. Berdasarkan pengamatan sejenis juga akan terbentuk proposisi
sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar,
orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Dalam
menalar terdapat 2 jenis metode menalar yaitu, deduktif dan induktif.
2.
Evidensi
Adalah semua fakta yang ada, yang
dihubung-hubungkan untuk membuktikan adanya sesuatu. Evidensi merupakan hasil
pengukuan dan pengamatan fisik yang digunakan untuk memahami suatu fenomena.
Evidensi sering juga disebut bukti empiris. Akan tetapi pengertian evidensi ini
sulit untuk ditentukan secara pasti, meskipun petunjuk kepadanya tidak dapat
dihindarkan.
Kita mungkin mengartikannya sebagai "cara
bagaimana kenyataan hadir" atau perwujudan dari ada bagi akal". Misal
Mr.A mengatakan "Dengan pasti ada 301.614 ikan di bengawan solo", apa
komentar kita ? Tentu saja kita tidak hanya mengangguk dan mengatakan
"fakta yang menarik". Kita akan mengernyitkan dahi terhadap
keberanian orang itu untuk berkata demikian.
Tentu saja reaksi kita tidak dapat dilukiskan sebagai
"kepastian", Tentu saja kemungkinan untuk benar tidak dapat di
kesampingkan, bahwa dugaan ngawur atau ngasal telah menyatakan jumlah yang persis.
Tetapi tidak terlalu sulit bagi kita untuk menangguhkan persetujuan kita
mengapa ? Karena evidensi memadai untuk menjamin persetujuan jelaslah tidak
ada. Kenyataannya tidak ada dalam persetujuan terhadap pernyataan
tersebut.
Sebaliknya, kalau seorang mengatakan mengenai ruang
di mana saya duduk, "Ada tiga jendela di dalam ruang ini,"
persetujuan atau ketidak setujuan saya segera jelas. Dalam hal ini evidensi
yang menjamin persetujuan saya dengan mudah didapatkan.
Dalam wujud yang paling rendah. Evidensi itu
berbentuk data atau informasi. Yang di maksud dengan data atau informasi adalah
bahan keterangan yang di peroleh dari suatu sumber tertentu.
3.
Definisi
Proposisi
Proposisi adalah istilah yang
digunakan untuk kalimat pernyataan yang memiliki arti penuh dan
utuh. Hal ini berarti suatu kalimat harus dapat dipercaya,
disangsikan, disangkal, atau dibuktikan benar tidaknya. Singkatnya,
proposisi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang dapat dinilai benar atau
salah.
Dalam ilmu logika, proposisi
mempunyai tiga unsur yakni:
- Subyek, perkara yang disebutkan adalah terdiri dari orang, benda, tempat, atau perkara.
- Predikat adalah perkara yang dinyatakan dalam subjek.
- Kopula adalah kata yang menghubungkan subjek dan predikat.
4.
Definisi
inferensi
Inferensi adalah tindakan atau
proses yang berasal kesimpulan logis dari premis-premis yang diketahui atau
dianggap benar. Kesimpulan yang ditarik juga disebut sebagai idiomatik. Hukum valid
inference dipelajari dalam bidang logika.Inferensi manusia (yaitu bagaimana manusia menarik
kesimpulan) secara tradisional dipelajari dalam bidang psikologi kognitif ; kecerdasan buatan para peneliti
mengembangkan sistem inferensi otomatis untuk meniru inferensi manusia. inferensi statistik memungkinkan untuk
kesimpulan dari data kuantitatif.
Proses di mana kesimpulan disimpulkan dari pengamatan
beberapa disebut penalaran deduktif. Kesimpulannya mungkin benar
atau salah, atau benar dalam tingkat tertentu akurasi, atau yang benar dalam
situasi tertentu. Kesimpulan disimpulkan dari pengamatan beberapa dapat diuji
oleh pengamatan tambahan.
5.
Definisi implikasi
Pada dasarnya implikasi bisa kita
definisikan sebagai akibat langsung atau konsekuensi atas temuan hasil suatu
penelitian. Akan tetapi secara bahasa memiliki arti sesuatu yang telah
tersimpul di dalamnya. Di dalam konteks penelitian sendiri, implikasi bisa di
lihat. Apabila dalam sebuah penelitian kita mempunyai kesimpulan misalnya
"A", "Manusia itu bernafas". Maka "Manusia itu
bernafas" yang kita sebut dengan implikasi penelitian. Untuk contohnya,
dalam hasil penelitian kita menemukan bahwa siswa yang di ajar dengan metode
"A" lebih kreatif serta memiliki skill yang lebih baik.
Dengan demikian dengan menggunakan
metode belajar "A" kita bisa mengharapkan siswa menjadi lebih kreatif
dan juga memiliki skill yang baik. Setelah itu perlu juga untuk dihubungkan
dengan konteks penelitian yang telah kita bangun. Contohnya, sampelnya kelas
berapa? seperti apa karakteristik sekolah? ada berapa sampel? dan lain-lainnya.
Nah, memang sudah seharusnya implikasi penelitian di lakukan secara spesifik
layaknya karakteristik di atas.
Cara menguji
data, fakta, dan menilai autoritas
Cara menguji
data
Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran
harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui
cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan
sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian
tersebut.
- Observasi
- Kesaksian
- Autoritas
Cara menguji
fakta
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita
peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut
baru merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa
semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis harus
mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat
digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.
- Konsistensi
- Koherensi
Cara menilai
autoritas
Seorang penulis yang objektif selalu menghidari semua
desas-desus atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan
pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh
didasarkan atas penelitian atau data eksperimental.
- Tidak mengandung prasangka
- Pengalaman dan pendidikan autoritas
- Kemashuran dan prestise
- Koherensi dengan kemajuan
Penalaran
merupakan komponen penting dalam Penelitian Ilmiah
Syarat untuk melakukan penelitian
- Sistematis , artinya penelitian dilaksanakan menurut pola tertentu dari yang paling sederhana sampai yang kompleks hingga tercapai tujuan yang efektif dan sistematis.
- Terencana , artinya penelitian dilaksanakan dengan adanya unsur kesengajaan dan sebelumnya sudah dipikirkan langkah-langkah pelaksanaannya.
- Mengikuti konsep ilmiah, artinya mulai awal sampai akhir kegiatan, penelitian dilakukan menurut cara-cara yang sudah ditentukan , yaitu prinsip memperoleh ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu seperti dijelaskan pada definisi dari
penalaran diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penalaran sangat dibutuhkan untuk
mengembangkan pengetahuan, menemukan hal-hal baru , mengembangkan kebudayaan dan
sebagainya.
Sebagai suatu kegiatan berfikir , penalaran , mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut.
- Suatu pola fikir yang disebut logika (proses berfikir logis)
Pola berfikir ini adalah pengkajian untuk berfikir secara benar
berdasarkan logika.
- Sifat analitik dari proses berfikir .
sifat analitik merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola pikir
tertentu.
Dengan ciri ciri dari penalaran diatas, maka syarat untuk melakukan
penelitian sangat membutuhkan penalaran, karena penalaran dapat menjawab semua
syarat yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian.
- Penggunaan bahasa yang mampu mengomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut.
- Kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu.
- Mampu mengidentifikasi konsep secara ilmiah dengan mengikuti proses dari penalaran
Penalaran
Deduktif dan Induktif beserta contohnya
Penalaran
Deduktif
Metode penalaran deduktif adalah metode yang melakukan
penalaran dimulai dari hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya
dihubungkan dalam bagian-bagian khusus. Jadi bisa diartikan Penalaran
deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau
sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum.
Contoh :
Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan
adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus)
dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi
sosial dan penanda status social.
Penalaran
Induktif
Paragraf yang diawali dengan menjelaskan permasalahan
khusus (mengandung pembuktian dan contoh-contoh fakta) yang diakhiri dengan
kesimpulan yang berupa pernyataan umum. Paragraf Induktis sendiri dikembangkan
menjadi beberapa jenis. Pengembangan tersebut yakni paragraf generalisasi paragraf analogi
paragraf sebab akibat bisa juga akibat
sebab.
Contoh
paragraf Induktif:
Pada saat ini remaja lebih menukai tari-tarian dari
barat seperti breakdance,
Shuffle, salsa
(dan Kripton), modern dance
dan lain sebagainya. Begitupula dengan jenis musik umumnya mereka menyukai
rock, blues, jazz, maupun reff tarian dan kesenian tradisional mulai
ditinggalkan dan beralih mengikuti tren barat. Penerimaan terhadap bahaya luar
yang masuk tidak disertai dengan pelestarian budaya sendiri. Kesenian dan
budaya luar perlahan-lahan menggeser kesenian dan budaya tradisional.